Dalam pertemuan yang berlangsung pagi hari tersebut, warga menumpahkan kekesalan mereka atas berbagai persoalan yang belum terselesaikan, terutama soal lingkungan dan keamanan.
Pak Samin, salah satu tokoh warga, mengangkat isu krusial terkait Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung yang disebut mencemari lingkungan mereka.
“Air limbah dari TPA mengalir ke pemukiman kami, sungai tercemar, ikan mati. Normalisasi pun setengah hati hanya di belakang rumah warga. Hulu dan hilir dibiarkan kotor,” keluhnya.
Ia mendesak agar pengolahan limbah bisa menghasilkan air yang steril dan meminta Andika untuk membawa persoalan ini ke Kementerian, mengingat Pemprov dan Pemkot dinilai tak memberi solusi.
Menanggapi hal itu, Andika Wibawa menyatakan siap menindaklanjuti. “Memang pengolahan limbah di TPA Bakung belum optimal. Kita akan bicarakan dengan Gubernur dan mendorong solusi soal lindi (air limbah sampah). Masalah ini bukan hanya teknis, tapi juga menyangkut martabat daerah,” tegas politisi Partai Gerindra ini.
Selain lingkungan, keresahan warga juga muncul dari maraknya tawuran remaja. Seorang ibu menyebut fenomena ini sering terjadi hingga meresahkan warga sekitar.
“Dulu tidak pernah ada yang seperti ini. Sekarang di Sukamaju dan Keteguhan, anak-anak bawa sajam, warga ketakutan,” ujarnya sambil meminta nomor darurat yang bisa dihubungi jika kejadian serupa terulang.
Menanggapi keresahan itu, Andika menyoroti pentingnya peran orang tua. “Ini pengaruh media sosial juga, anak-anak meniru yang buruk. Pengawasan keluarga sangat penting. Nanti saya bantu hubungkan dengan Pak Babinsa dan Bhabinkamtibmas setempat agar komunikasi warga lebih mudah,” katanya.
Tak hanya itu, ia juga mengingatkan soal ancaman narkotika yang makin mudah menyasar remaja dan anak-anak.
Di tengah derasnya keluhan, Andika menyampaikan program harapan dari pemerintah pusat. Ia menyebut adanya program “Sekolah Rakyat” dari Kementerian Sosial yang digagas Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
“Sekolah ini untuk warga tak mampu, dan lulusannya bisa langsung bekerja. Di Lampung, sudah berdiri dua dari target sepuluh sekolah,” ungkapnya.
Di ujung acara, seorang sepuh kampung menyampaikan harapan agar perhatian terhadap guru ngaji kembali hadir.
“Dulu zaman Pak Walikota Herman HN, guru ngaji dapat perhatian saat lebaran. Sekarang sepi, mereka pejuang sunyi di kampung,” ujarnya.
Menjawab harapan itu, Andika berjanji akan membawa aspirasi tersebut ke Walikota dan Gubernur. “Dulu memang ada insentif untuk guru ngaji di Bandarlampung. Mudah-mudahan bisa kita dorong agar ada kebijakan baru yang berpihak kepada mereka,” tutupnya. (*)