MEDIAPUBLIKA.com – Alkisah di tahun itu minim pengetahuan dan informasi, namun namanya sempat terngiang sejak usia belasan, ya Norman Edwin dan Didi Samsu menjadi spirit kala itu, ingin rasanya menjadi mereka mengelilingi puncak puncak gunung dunia, tapi apalah daya, aku tak punya daya.
Beriring detik kehidupan, tanpa sadar memori itu menjadi semacam api dalam sekam, hingga membawa langkah bertemu kawan kawan yang memiliki hobi sama, ya menikmati alam, menjelajah dan menikmati tepatnya, belum pecinta.
“Dan berdirinya Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Pencinta Alam (UKM ARTALA) pada tanggal 19 September 1997 pun itu bagian yang tak pernah direncanakan dan tak terfikir, yah mengalir begitu saja,” kata Cupa sapaan akrabnya, yang juga salah satu pendiri UKM ARTALA, Kamis (19/9).
Hingga akhirnya sang ARTALA pun beranjak dewasa, 27 tahun!!! Membumi lah, bermanfaat lah… Salam lestari.
Sore itu, kata Bery Arista angkatan 2003 UKM ARTALA, hari terahir Ories akhir September 2003. Tampak wajah-wajah sangar berbaris menggunakan atribut seragam lengkap dengan bandana dan kacu segitiga hijau melingkar di leher nya.
Seorang perempuan berwajah manis maju kedepan di tengah kerumunan. Mengucap salam dilanjutkan teriakan lantang. Salam Lestari,..!!!
Seketika muncul dari sudut-sudut kelompok pemuda-pemuda gondrong di sela-sela tempat kami duduk bersila menghadap ke podium menjawab pula dengan lantang ABADI.
Sosok-sosok itu bergegas melintasi kami membentuk barisan dibelakang orang-orang yang terlebih dahulu berdiri di depan.
Perkenalan di sampaikan oleh perempuan yang mengaku Ketua perkumpulan.
Penampakan style mereka tidak biasa. Rambut gondrong, celana jeans sobek, bersepatu boot, menggendong ransel dan berkalung tali di tubuh nya.
Sorak Sorai bergema di bawah tarub lapangan basket depan gedung C Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya, meneriakkan dan bertepuk tangan.
Disampaikan beberapa personil akan melakukan aksi jumarring (ascending), dari bawah gedung C ke roof gedung dengan cara meniti tali menggunakan peralatan. Dilanjutkan dengan Rappeling dari gedung F meluncur dengan kepala menghadap kebawah.
Belum selesai terkesima dengan aksi tersebut, disusul seorang perempuan melakukan aksi Snapring (flying fox), meluncur melintang ke arah gedung A menuju batang pohon asem yang cukup rindang, terikat di tubuh nya Bendera hijau berkibar bertuliskan ARTALA.
Seperti tidak sabar dan penasaran mahasiswa ospek bergegas berlari keluar dari kerumunan menuju pusat aksi.
Seru, Mendebarkan, ditambah teriakan cewek-cewek mahasiswi kala itu. Tepuk tangan makin meriah, ditambah dengan narasi yang disampaikan oleh MC bertubuh mungil kental dengan penampilan outdoor.
Keren memang, berapa teman mengajak, yok kita masuk situ aja. Dalam hati bergumam, udah gua rencana in sebelum mereka tahu kalau sebetulnya basic ku pioneering di Pramuka dan pencinta alam di siswa pecinta alam (Sispala) di masa sekolah.
“Jabat erat, peluk hangat, salam hormat. Yaumul Milad Bendera Hijau ku ARTALA ke-27,” ucap Bery. (*).