MEDIAPUBLIKA.com – Fraksi PKS DPRD Bandar Lampung menggelar focus group discussion (FGD) bertema “pendidikan berkualitas di masa pandemi, mungkinkah?” di ruang wakil ketua II DPRD Bandar Lampung, Kamis (8/7/2021).
Diskusi yang dilaksanakan secara terbatas dan tetap memperhatikan protokol kesehatan, menghadirkan narasumber dari akademisi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ( FKIP) unila Dr. Abdurrahman, M.Si, Sekretaris Dinas Pendidikan Bandar Lampung Eka Afriana, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Se Bandar Lampung M. Badrun, dan Yuni Karnelis dari fraksi PKS sekaligus anggota komisi 4 DPRD Bandar Lampung.
Dalam diskusi, Yuni Karnelis memaparkan kondisi di lapangan yang terjadi selama pembelajaran jarak jauh secara online. Banyak ibu-ibu yang mengeluh pada dirinya tentang kesulitan mereka dalam memenuhi kebutuhan kuota untuk belajar online. Apalagi untuk kebutuhan hidup sehari-hari sangat pas-pasan. Belum keluhan ketidakmampuan orang tua dalam mengajari anaknya belajar di rumah.
“Orang tua harus pintar di semua mata pelajaran, padahal mereka sendiri tidak tahu harus bagaimana cara mengajar yang baik dan benar,” jelas Yuni.
Menanggapi hal tersebut, Eka Afriana, sekretaris dinas pendidikan Bandar Lampung, mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam pembelajaran jarak jauh ini. Keadaan di serap sekolah tidak sama, ada sekolah yang fasilitasnya lengkap, ada yang tidak. Namun kekurangan yang ada ini menjadi motivasi bagi dinas pendidikan untuk terus berbenah, terus melalukan perbaikan sebagai rasa tanggungjawab kepada anak didik.
“Kita akui masih banyak kekurangannya, tapi ini kita jadikan motivasi untuk terus memperbaiki kekurangan ini. Kami terus memotivasi para guru untuk tetap bertanggungjawab memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak,” kata Eka.
Sementara itu akademisi unila Abdurrahman memberikan beberapa masukan agar pendidikan tetap berkualitas di masa pandemi ini. Pendapat ini didasarkan dari hasil riset yang dilakukan Abdurrahman tentang pembelajaran di masa pandemi.
Pertama adalah bagaimana agar masalah jaringan internet dan kemampuan orang tua menyiapkan kuota ditutupi dengan kemampuan sekolah mempersiapkan alternatif pembelajaran.
Kemampuan sekolah mempersiapkan alternatif pembelajaran tergantung dari kemampuan kepala sekolah. Abdurrahman melihat kepala sekolah kebanyakan hanya sebagai manajemen leader bukan akademik leader. Padahal kemampuan akademik leader dibutuhkan untuk memberi contoh pada para guru bagaimana memberikan variasi metode belajar agar murid tidak merasa bosan. Mengembangkan kemampuan pembelajaran secara online.
Berikutnya adalah bagaimana meningkatkan kemampuan literasi digital orang tua. Kemampuan ini penting agar ada sinergi antara orang tua, siswa dan guru.
“Literasi digital ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah, tapi juga menjadi tugas parpol, anggota dewan bahkan LSM melakukan pencerdasan literasi digital,” kata Abdurrahman.
Terakhir Abdurrahman mengusulkan agar asesmen terhadap siswa bervariasi. Siswa bukan hanya diberikan tugas untuk mengerjakan soal-soal yang membuat siswa stress. Tapi asesmen bisa berupa pemberian tugas atau project yang berkaitan dengan mata pelajaran terkait.
“Misal, dalam pelajaran olahraga, siswa diminta menonton pertandingan sepakbola di televisi kemudian memberikan analisisnya terhadap pertandingan tersebut. Atau siswa diberi tugas bertani secara hidroponik. Jika tugas yang diberikan bervariasi maka siswa tidak akan merasa bosan, dan akan senang menjalani pembelajaran seperti itu,” ujar Abdurrahman. (Hendro).