MEDIAPUBLIKA.com – Lampung menjadi peringkat pertama kematian akibat pandemi Covid-19. DPRD memberikan solusi ke pemerintah untuk mengurangi angka kematian.
Rahmat Mirzani Djausal sekretaris Komisi V DPRD Provinsi Lampung mengatakan rapid test menjadi solusi untuk menekan angka penyebaran virus Covid-19 dan menurunkan angka kematian.
“Semakin banyak masyarakat yang di rapid test, maka rasio terhadap tingkat kematian akan berkurang,” ujarnya, Senin (23/08/21)
Untuk itu Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Lampung menyatakan semua pihak mesti bergandengan tangan, baik pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten/kota serta swasta
“Ini menjadi tugas kita semua bukan hanya Pemprov saja, tapi seluruh stake holder harus memiliki visi yang sama dalam menangani pandemi Covid-19,” tambahnya.
Ketika visi sudah terbentuk, maka kerja teknis yang akan dilakukan. Misalnya, ia mencontohkan, Dinkes melakukan bujecting terhadap rapid test.
“Karena semakin banyak di rapid test dan di isolasi, maka semakin banyak yang ditangani secara dini, kemudian pihak swasta memberikan bantuan CSR seperti sembako, rapid test, dan vaksin” tuturnya.
Di tempat yang bersamaan anggota Komisi V, Deni Ribowo menambahkan bahwa untuk menurunkan angka kematian pemerintah harus memperluas 3T.
“Pemerintah harus memperluas 3T testing, tracking, dan treatment dalam menghadapi pandemi Covid-19,” tegasnya.
Anggota fraksi partai Demokrat DPRD Lampung ini mengaku prihatin terkait data yang dikeluarkan Kemenkes terkait angka kematian di Lampung mencapai 7,2 persen.
Oleh karena itu, pihaknya telah meminta Dinkes Lampung untuk memperluas testing dan tracking serta rapid antigen.
“Komisi V sudah meminta Dinkes untuk perluas testing, tracking dan rapid antigen. Karena ini satu – satunya cara dengan melakukan testing tracking yang banyak, ini tolonglah,” ungkap dia.
Ia mencontohkan, kalau ada lima pasien meninggal dunia, kemudian melakukan testing dan tracking hanya dengan 5 ratus orang, maka angka kematian menjadi tinggi.
Tetapi jika testing dan tracking semakin diperluas lagi dengan jumlah mencapai 10 ribu orang dan ditemukan lima pasien meninggal dunia, maka angka kematian menjadi rendah.
“Dengan begitu kita bisa memetakan penyebaran virus di tingkat RT, darimana bisa tahu ya dari testing, dan tracking yang dilakukan,” tutup Deni Ribowo. (**).