Rakerwil 2022, DPW PKS Lampung Akan Menggunakan dua Simbol Budaya Tradisional Lampung

BERITA, POLITIK2 Dilihat

MEDIAPUBLIKA.com – Peran Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam melestarikan seni dan budaya tradisional selalu ditunjukan dalam aktualisasi langkah gerak kepartaian.

Seperti yang dilakukan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Provinsi Lampung yang mempromosikan pengunaan dua simbol budaya tradisional Lampung, yakni pementasan tari tupping dan penggunaan Kikat dalam pelaksanaan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) DPW PKS Lampung 2022, 6 Maret mendatang.

Ketua DPW PKS Lampung H. Ahmad Mufti Salim Lc, M.Ag menerangkan, bahwa pelestarian seni dan budaya tradisional yang dilakukan DPW PKS Lampung melalui pementasan tari tupping dan penggunaan Kikat dalam Rakerwil 2022 merupakan bentuk sumbangsih peran serta PKS Lampung sebagai partai politik di wilayah lokal domestik dan regional secara nasional, dalam menjaga kultur, nilai, norma dan adat istiadat Lampung yang berlaku maupun dijunjung tinggi oleh seluruh lapisan masyarakatnya.

“Kami (DPW PKS Lampung) sangat menyadari bahwa melestarikan budaya leluhur Lampung (seperti tari tupping dan kikat) merupakan amar ma’ruf nahi munkar. Bahwa mencintai dan melestarikan seni budaya merupakan bagian dari bentuk perhormatan kita terhadap segala bentuk hal-hal positif yang ditanamkan dari para leluhur, kepada para orang tua, hingga bisa diterima (langsung) oleh setiap kita dimasa sekarang,” jelas Mufti Salim, di Aula Raden Intan, Rabu (2/3/22).

Menurut Mufti, para pahlawan bangsa dari setiap daerah pastinya turut menanamkan nilai-nilai dan norma-norma seni kebudayaan, dalam setiap jalan perjuangannya. Seperti halnya pada filosofis dari pementasan tari tupping dan penggunaan ikat kepala kikat bagi (jajaran) pengurus dan panita di Rakerwil DPW PKS 2022, yang dapat menganalogikan dari sosok kepahlawanan dari pahlawan daerah Lampung, Radin Intan II.

“PKS Lampung meyakini sosok kepahlawanan hadir karena kuatnya transfer berbagai nilai kultur hingga simbol kesenian dan kebudayaan yang dibawa tokoh tersebut, pada lingkungan dan masyarakatnya. Tari tupping dan ikat kepala kikat sangat kuat menginterpretasikan sosok Radin Intan II itu tidak hanya sebagai sosok pahlawan, tapi juga bagian dari landscape (gambaran) seni dan budaya Lampung itu sendiri. Itulah sebabnya, ruang rapat kita ini juga menggunakan nama beliau,” kata dia.

Sedangkan menurut Sekretaris DPW PKS Lampung, H. Agus Kurniawan,S.T, menjelaskan, PKS sangat peduli dalam menjaga serta mengaplikasikan pelestarian seni dan budaya tradisional, sesuai asal kedaerahan di wilayah masing-masing.

“Meskipun falsafah kami (PKS) sebagai partai religius, tapi kami sangat menjunjung tinggi nilai-nilai seni-kebudayaan dengan segala bentuk kearifan lokalnya. Karena berpolitik yang baik adalah berbasiskan pada akar budaya, dan mementingkan seni budaya dengan terus menerus menjaga dan ikut berpartisipasi melestarikannya. Bahkan, dari 15 bidang struktural kepengurusan partai, secara khusus kami memiliki bidang seni dan budaya,” jelasnya.

Dalam kapasitasnya, lanjut Agus, di DPW PKS Lampung, bahwa penetapan dan penggunaan tari tupping maupun ikat kepala pria kikat sudah menjadi ketetapan yang disepakati di jajaran pengurus kepartaian dan kepanitiaan, sebagai bagian dari Rakerwil 2022.

“Untuk itulah kami di DPW PKS Lampung mengapresiasi dua seni budaya Lampung ini, sebagai bentuk dukungan nyata PKS terhadap seni budaya di Indonesia,” tutupnya.

SEJARAH SINGKAT TARI TUPPING DAN KIKAT LAMPUNG.

Sebagai informasi, tari tupping merupakan drama tari kepahlawanan dari Lampung Selatan yang muncul di daerah Kuripan, Canti dan Kesugihan, dan berkembang dari daerah Kalianda. Seni tari topeng kayu ini mempunyai nilai filosofis pada karakter topeng yang menggambarkan kisah dan sosok kepahlawanan Lampung sebagai ksatria sakti, tetua yang bijaksana, kesatria berwatak dan tokoh berwibawa.

Sedangkan, Kikat Lampung atau ‘Kiket Lappung’ merupakan ikat kepala atau mahkota kepala yang dikenakan pria-pria maupun dalam acara adat masyarakat Lampung. Kikat ini terbagi lagi atas, Kikat Lampung Pepadun berupa penutup kepala berbentuk Manuk Mekhem atau Punai Mekhem mengandung arti burung tidur.

Sedangkan Kiket Lampung Pesisir atau Peci Kapal Jukung, berbentuk sudut runcing menghadap ke atas pada bagian depan yang menggambarkan bentuk ujung perahu dan terinspirasi aktivitas nelayan yang merupakan budaya sebagain besar Lampung Pesisir atau Saibatin.
(http://www.duniaindra.com dan http://indonesiakaya.com).