MEDIAPUBLIKA.com – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Pemerintahan FISIP Unila dan IKA JIP mengelar Seminar Daerah dengan tema “Menatap Pembangunan Lampung Ke Depan”. Hadir dalam acara tersebut Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Dr. Robi Cahyadi, MA, Pembina HMJ ILmu Pemerintahan Bendi Juantara, S.IP., MA.
Narasumber yang dihadirkan dalam seminar daerah tersebut adalah Umar Ahmad, S.P Bupati Tulang BAwang Barat Periode 2014-2017 dan 2017-2022, didampingi oleh Akademisi Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unila Darmawan Purba, S.IP., M.IP, serta diikuti 150 mahasiswa FISIP Unila.
Dalam seminar Umar Ahmad menceritakan pengalamannya dalam membangun Tulang Bawang Barat akrab disebut Tubaba. Umar memaparkan tentang pembangunan sebagai proses menggapai masa depan yang panjang bahkan ratusan tahun ke depan. “Secara sederhana, masa depan adalah apa yang kita lakukan hari ini, besok, lusa dan seterusnya secara konsisten, Artinya, masa depan adalah apa yang sudah kita perbuat secara terus menerus dan konsisten,” jelas Umar Ahmad, Selasa (22/8/23).
Selanjutnya Umar memaparkan bahwa Tubaba merupakan daerah baru yang masih serba terbatas, baik SDM dan anggaran untuk pembangunan daerah. Namun sebagai bentuk tanggung jawab sebagai putra Lampung yang diberi amanah memimpin Tubaba Umar Ahmad dengan keyakinannya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkontribusi bersama dalam melakukan akselerasi pembangunan di Tubaba.
Melalui injeksi nilai lokal yang diadobsi berdasarkan kehidupan dan perjuangan para petani, yaitu; Nemen (kerja keras), Nedes (Tahan banting, sabar) dan Nerimo (tawakal, Ikhlas menerima ketentuan yang diberikan Allah SWT). Injeksi nilai Nenemo inilah yang menjadi salah satu kekuatan utama dalam pengalaman Umar membangun Tubaba, pada akhirnya pembangunan sesungguhnya adalah pembangunan yang digerakkan oleh masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya, bagi Umar filosofi-filosofi masa lalu dijadikan sebagai narasi dalam membangun Tubaba dikarenakan nilai filosofi masyarakat akan mampu menggugah sumberdaya manusia. Upaya mempercepat kualitas dan kemajuan sumber daya manusia di Tubaba difokuskan pada pembangunan nonmaterial dengan prinsip Nenemo dan ditambah nilai-nilai Badui; Sederhana, Setara dan Lestari (3NSSL) dengan mengembangkan program inovatif; (1) Tubaba Cerdas (Sekolah kepemimpinan bagi pemuda); (2) Guru Penggerak (Program peningkatan kapasitas guru); (3) Sekolah Seni (Pembentukan karakter siswa melalui karya seni); dan (4) Tubaba Camp (pembentukan karakter siswa dengan prinsip Nenemo, sederhana dan lestari).
Sedangkan pembangunan material meliputi pembangunan infrastruktur ruang dengan memanfaatkan seni arsitektur, alat musik hingga seni. Dalam rangka membangun pemerintahan yang bermartabat dan berintegritas, pemerintah Tubaba juga turut menyertakan prinsip filosofis dalam setiap pembangunan infrastruktur yang dilakukan.
“Pembangunan infrastruktur berbasis kelestarian alam adalah satu konsep yang diusung pemerintah tubaba. Dengan mengembalikan kebajikan dari alam inilah pemerintah Tubaba ingin merancang masa depan yang lebih banyak pepohonan, udara bersih, air yang terawat dan alam yang terjaga,” kata dia.
Berangkat dari pengalaman membangun Tubaba, Umar memandang bahwa pembangunan tidak sepenuhnya berbicara pada aspek materialisme, namun ada aspek sosial budaya yang harus menjadi prioritas pembangunan Lampung ke depan.
“Saya berharap pembangunan sumberdaya manusia yang paripurna berbasis nilai budaya diyakini dapat menjadi faktor utama dalam menggerakkan pembangunan Lampung ke depan. Saya mengajak Mahasiswa FISIP untuk ikut serta menyumbangkan pikiran, tenaga dan waktunya untuk ikut serta membangun Lampung sesuai porsi dan kemampuannya,” ungkapnya.
Pada bagian lain Darmawan Purba menjelaskan bahwa secara substansi pembangunan Lampung ke depan harus menjadi usaha bersama semua elemen masyarakat Lampung yang dilakukan secara terencana dan terukur serta membawa perubahan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Apapun metode dan pendekatannya, pembangunan Lampung harus menjadi agenda masyarakat, bukanya agenda kepentingan kelompok berkuasa,” ucapnya.
Selanjutnya Darmawan mengingatkan bahwa pembangunan harus digerakkan bersama baik secara horizontal maupun vertikal, sehingga pembangunan dapat berjalan selaras, terintegrasi dan berkelanjutan. “Untuk itu, perlu ada komitmen bersama tokoh-tokoh politik dan pemerintahan untuk menjaga agar pembangunan Lampung ke depan lebih terarah dan tidak sia-sia, seperti pembangunan kota baru yang mangkrak,” jelasnya.
Darmawan sependapat bahwa kita perlu kembali pada nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur kita tentang bagaimana mengelola kehidupan, pembangunan perlu diorientasikan bukan saja pada aspek materialisme, lebih dari itu pembangunan Lampung ke depan diharapkan mampu menghadirkan kebahagiaan bagi masyarakat Lampung.
“Praktik baik Kepemimpinan Umar Ahmad dalam membangun Tubaba dapat disumbangkan dalam agenda-agenda pembangunan Lampung ke depan,” kata Darmawan Purba.
Seusai diskusi dan tanya jawab, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP berharap diskusi dan kajian tentang pembangunan Lampung lebih digalakkan lagi guna memberikan input gagasan bagi pemerintah daerah dalam melakukan akselerasi pembangunan Lampung, baik pembangunan fisik maupun sosial yang disandarkan pada kekuatan nilai-nilai budaya Lampung.
“Saya berpesan kepada mahasiswa untuk ambil bagian dalam usaha-usaha membangun Lampung ke depan, karena para mahasiswa lah yang terdampak terhadap sukses atau gagalnya pembangunan Lampung ke depan,” ungkapnya. (*).