MEDIAPUBLIKA.com – Dalam upaya memperkuat visi pembangunan sektor pertanian di Provinsi Lampung, calon Gubernur Rahmat Mirzani Djausal menggelar silaturahmi dengan para petani dan nelayan se-Lampung.
Acara yang difasilitasi oleh anggota DPR RI dari Partai Golkar, Hanan A. Rozak, berlangsung di Graha Wangsa dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat tani dan nelayan dengan harapan dapat menjawab permasalahan mendasar yang dihadapi petani Lampung.
Selain membahas berbagai persoalan petani, acara ini juga menjadi ajang Ikrar Dukungan dari para petani dan nelayan se-Provinsi Lampung untuk memenangkan pasangan Mirza-Jihan dalam Pilgub 2024.
Dalam ikrar yang diucapkan secara serentak, para petani dan nelayan menegaskan komitmen mereka untuk mendukung dan memperjuangkan kemenangan Mirza-Jihan sebagai pemimpin yang dianggap mampu memperbaiki kondisi sektor pertanian dan perikanan di Lampung.
Dalam sambutannya, Hanan A. Rozak menyoroti sembilan persoalan pokok yang harus diselesaikan untuk memajukan sektor pertanian di Lampung, khususnya di wilayah Lampung II, yang meliputi Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Mesuji, dan Waykanan. Berikut adalah sembilan persoalan tersebut:
- Masalah Pupuk – Pupuk non-subsidi harganya sangat mahal, sementara pupuk subsidi sulit diperoleh. Hal ini menjadi salah satu kendala utama bagi petani dalam meningkatkan produktivitas.
-
Infrastruktur Pertanian – Banyak saluran irigasi yang sudah tidak dinormalisasi selama lebih dari 10 tahun, sehingga target swasembada pangan dari pemerintah belum optimal.
-
Ketersediaan Air – Air untuk pertanian sangat terbatas, terutama pada musim gadu. Hal ini menghambat petani dalam memanfaatkan lahan secara maksimal.
-
Minimnya Penggunaan Teknologi – Teknologi modern masih minim digunakan oleh petani di Lampung. Ketersediaan mesin pertanian, seperti mesin panen dan tanam, sangat terbatas dan harganya mahal, sehingga sulit dijangkau oleh petani kecil. Tenaga kerja untuk panen juga semakin berkurang.
-
Pendapatan Petani Rendah – Mayoritas petani berusia di atas 48 tahun, sementara generasi muda enggan terjun ke sektor pertanian karena penghasilannya yang rendah. Petani yang mengelola lahan 1 hektar hanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 2,5 hingga Rp 3 juta per bulan, jauh dari kata sejahtera.
-
Keterbatasan Akses Modal dan Pembiayaan – Petani sering kali kesulitan mendapatkan akses modal dan pembiayaan. Akses untuk berinvestasi di sektor pertanian juga sangat terbatas.
-
Regenerasi Petani Milenial – Anak-anak muda memandang sektor pertanian kurang menjanjikan dari segi ekonomi. Hal ini menimbulkan masalah regenerasi, di mana jumlah petani muda semakin berkurang.
-
Subsidi BBM – Petani dan nelayan mengalami kesulitan mendapatkan BBM bersubsidi. Traktor pertanian dan peralatan lain yang digunakan oleh petani tidak dapat menggunakan BBM subsidi. Diperlukan upaya untuk mendirikan SPBU atau SPBN khusus bagi sentra pertanian dan perikanan.
-
Kekurangan Penyuluh Pertanian – Jumlah penyuluh pertanian semakin berkurang karena banyak yang pensiun. Saat ini, jumlah penyuluh hanya tinggal separuh dari yang seharusnya.
Dalam 2-3 tahun mendatang, perlu adanya rekrutmen besar-besaran untuk menambah penyuluh pertanian. Jika APBD terbatas, diperlukan solusi dengan memberdayakan penyuluh di daerah masing-masing.
Hanan A. Rozak menegaskan bahwa sembilan persoalan ini memerlukan komitmen yang nyata untuk diimplementasikan di lapangan.
“Kita tidak butuh janji atau kartu-kartu, yang kita butuhkan adalah konsep yang bisa diimplementasikan dari petani hingga birokrasi,” ujarnya, Selasa (15/10).
Ia juga berjanji akan terus memperjuangkan nasib petani jika tetap berada di Komisi IV DPR RI dan mendukung program-program gubernur yang pro-petani.
Mirza dalam pidatonya menegaskan bahwa petani dan nelayan adalah sektor yang harus diutamakan, terutama dengan semakin dekatnya pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden RI.
“Pak Prabowo akan dilantik pada 20 Oktober, dan yang paling bahagia harusnya petani. Pak Prabowo sudah sejak lama memperjuangkan nasib petani sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI),” kata Mirza.
Mirza juga menyatakan bahwa Lampung akan menjadi basis pangan nasional di bawah kepemimpinan Prabowo. “Pak Prabowo sudah berkomitmen bahwa harga sembako dan harga panen akan terjaga. Program minum susu dan makan bergizi gratis untuk 1,2 juta anak sekolah di Lampung akan segera dieksekusi, dan para petani akan diuntungkan karena menjadi pemasok utama bahan pangan tersebut,” tambahnya.
Mirza menutup pidatonya dengan komitmen untuk bekerjasama dengan para petani dan nelayan. “Apabila terpilih, kita akan bekerjasama untuk memastikan program ini berjalan dengan baik, demi kesejahteraan para petani dan nelayan Lampung,” ujarnya.
Abi Hasan Muan, Sekretaris Tim Pemenangan Terpadu Mirza-Jihan, menambahkan bahwa kemenangan pasangan Mirza-Jihan akan membawa kehidupan yang lebih makmur bagi masyarakat Lampung, khususnya petani dan nelayan.
“Mirza adalah mantan Ketua HKTI Lampung, beliau sangat memahami permasalahan petani di Lampung dan siap memperjuangkannya,” jelasnya. (*).