Refleksi Hari Kartini, Perempuan Kammi Balam: Jadilah Sosok Muslimah yang Menjaga Agama Serta Harga Diri

OPINI22 Dilihat

Oleh: Rahmah Atika Suri, S.H Kepala Bidang Perempuan KAMMI Bandar Lampung.

Kartini merupakan sosok yang cerdas dan pandai. Beberapa kali teman yang biasa berkirim surat kepadanya meminta agar Ia pindah agama saja. Ketika diajak pindah agama oleh temannya, ia menjawab melalui suratnya: “Kami mengatakan bahwa kami beriman kepada Allah dan kami tetap beriman kepada-Nya. Kami ingin mengabdi kepada Allah dan bukan kepada manusia. Jika sebaliknya tentu lah kami sudah memuja orang dan bukan Allah”.

Demikianlah jawaban Kartini yang teguh atas keimanannya kepada Allah Subhanawata’ala. Tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Pada hari itu telah lahir sosok muslimah yang rajin dan pandai mengaji, wanita yang kuat memegang ajaran agamanya, serta teguh menjaga imannya.

Perjalanan sosok Raden Ajeng Kartini menjadi muslimah yang kaffah terdapat dalam kumpulan suratnya, Door Duisternis Tot Licht, dalam bahasa arabnya, Minazh Zhulumaati Ilan Nuur, dari gelap menuju cahaya, yang merupakan inti dari panggilan Islam, artinya membawa manusia dari kegelapan (kejahiliyahan atau kebodohan hidayah) ke tempat terang benderang (petunjuk atau kebenaran al haq).

Raden Ajeng Kartini saat itu memiliki cita-cita dan perjuangannya begitu berarti bagi pendidikan di bumi pertiwi. Sayangnya, kebanyakan perempuan saat kini hanya mengartikan bahwa R.A. Kartini sekadar pejuang emansipasi wanita dan banyak orang yang tidak mengetahui perjalanan R.A. Kartini menemukan Islam dan perubahan pola pikirnya.

Perlu kita sadari bahwa apa yang diperjuangkan dan dicita-citakan dari sosok Kartini yaitu senantiasa mengangkat kesempurnaan dan kemuliaan wanita yang ingin kembali pada fitrahnya. Terdapat beberapa kalangan yang masih mempertanyakan hak dan peran wanita di ruang publik dalam Islam.

Padahal lembaran-lembaran peradaban Islam banyak dipenuhi oleh kaum wanita dan telah menjadi percontohan sepanjang sejarah. Sebut saja misalnya, Fatima binti Muhammad Al Fihri (w. 880 M), pendiri universitas pertama di dunia dan Masjid al-Qarawiyyin di Fez Maroko. Ada juga Ummu Sultan (w. 1373 M) yang dikenal sebagai inisiator pembangunan pusat kajian (madrasah) yang mengajarkan empat mazhab fiqh.

Berkarya di era modern ini tentunya semakin mudah, ruang gerak makin luas bagi para puan untuk berkarya. Sejak dulu peran perempuan tidak kalah dibutuhkan sama halnya dengan laki-laki. Para perempuan khususnya aktivis Muslimah KAMMI sadar akan peran dan kewajibannya di muka bumi. Mereka bangkit lebih kokoh, berpikir konstruktif, menghasilkan langkah yang kreatif dan solutif, sehingga mampu menjawab tantangan zaman.

Annisa’ syaqaa-iq ar rijaal, perempuan adalah belahan laki-laki, begitulah ucapan Nabi SAW tentang perempuan. Hal ini menandaskan bahwa Islam menempatkan perempuan secara berdampingan dengan laki-laki dalam eksistensi, dalam menunaikan peran-peran kehidupannya, dan dalam hak dan kewajiban. Bahwa perjuangan meningkatkan kualitas hidup perempuan adalah perjuangan memperbaiki kualitas hidup separuh masyarakat. Dengan kata lain, perbaikan hidup perempuan tidak otomatis terwujud melalui perjuangan kualitas hidup laki-laki. Ia memiliki dunianya sendiri yang harus diperjuangkan olehnya sendiri.

Beruntungnya kita sebagai aktivis muslimah KAMMI, ruang tumbuh dan berkarya yang kita miliki sama saja dengan para aktivis laki-laki.

Aktivis Muslimah KAMMI terbiasa turun ke jalan melakukan kritik atas kebijakan pemerintah, berdiskusi terkait masa depan bangsa, serta dibebaskan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam masyarakat. Jika dikaitkan dengan cita dan perjuangan R.A. Kartini, tentunya aktivis Muslimah KAMMI memiliki napas perjuangan yang sama namun di era yang berbeda. Bahwa aktivis Muslimah KAMMI mestilah menjadikan sosok R.A. Kartini, jadilah kita, sosok Muslimah yang menjaga agama serta harga diri.

Di KAMMI, para aktivis Muslimah belajar dan dididik untuk bersikap malu di jalan, pasar, serta di tempat-tempat umum, pun para Muslimah KAMMI diajarkan pula untuk berani melawan kemungkaran dan kezaliman yang menimpanya atau masyarakatnya, dari manapun sumber kezaliman dan kemungkaran tersebut. Dimensi pergerakan dalam aktivitas itu juga akan memberikan kemampuan khusus dalam menanggung derita, kesulitan, dan beban dalam meraih tujuan-tujuan yang diharapkan.

Selamat Hari Kartini!
Dari kami para Aktivis Muslimah KAMMI kepada para perempuan Indonesia!

Daftar Pustaka :
Buku Qazan, Shalah. 2001. Membangun Gerakan Menuju Pembebasan Perempuan.

Solo: Penerbit Era Intermedia.
Shalahuddin, Henri. 2020. Indahnya Keserasian Gender Dalam Islam. Jakarta Selatan: Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).
Website “Kartini, Muslimah yang Teguh Iman dan Rajin Mengaji.”

Islamindonesia.id. 21 April 2018. Diakses tanggal 21 April 2023 dari https://islamindonesia.id/siapa-dia/kartini-muslimah-yang-teguh-iman-dan-rajin-mengaji.htm Nurhastin. “Refleksi Hari Kartini 21 April”. Sumsel.kemenag.go.id. 24 April 2011. Diakses tanggal 21 April 2023 dari https://sumsel.kemenag.go.id/artikel/view/10848/artikel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *