Karutan Way Hui Berikan Klarifikasi Terkait Video EF

MEDIAPUBLIKA.com – Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Way Hui Bandar Lampung Sulardi memberikan keterangan menanggapi video EF yang sedang viral.

“Tentunya saya sebagai pimpinan memanggil yang bersangkutan. Kronologinya memang betul waktu malam minggu sedang makan pecel lele di karang, lalu beli duren di samping pecel lele. Ketika itu datang 4 orang yang konon itu adek iparnya dengan kendaraan motor sambil mengegas – gas motor,” jelas Kalapas Sulardi saat memberikan keterangan kepada media, di Rutan Way Hui Bandar Lampung, Senin (7/6/2021) sore.

Sulardi melanjutkan, untuk menghindari keributan EF lalu pergi masuk mobil dari lokasi, tapi rupa nya adiknya itu atau kakaknya terus mengejar bahkan meneriaki maling – maling, kaget diteriaki maling oleh karena diteriaki maling – maling tentu menarik perhatian masyarakat lainnya, padahal EF mau kalau diselesaikan langsung ke Polda saja, rupa nya karena dipepet sama motor berhentilah disitu, lalu dikatakan selingkuh – selingkuh sipir Rutan Way Hui.

“EF tetap bersih keras pengen diselesaikan di Polda, namun karena massa banyak si EF tidak berdaya akhirnya dibawa ke Rt. Dan di Rt EF juga tetap bersikukuh untuk minta diselesaikan di Polda saja,” katanya.

Nah, lanjut Sulardi, ternyata istri nya konferensi pers dan bilang terjadi penganiayaan, penganiayaan nya kapan juga kita tidak tahu, antara peristiwa tadi malam atau kemarin malam dengan penganiayaan itu kan ga ada korelasinya.

“Kalau terjadi selingkuh, kapan terjadi nya, orang abis makan diteriaki maling, artinya sebagai pimpinan saya belum memberikan teguran atau sanksi,” jelasnya.

Sulardi menjelaskan, Sebenarnya kalau menurut informasi yang saya dapat karena saya disini baru 5 bulan, jauh sebelum itu ada peristiwa, dalam artian sudah terjadi hal yang kurang harmonis, pengakuan dari si EF masalah ekonomi awalnya, EF waktu masih jadi pegawai baru belum punya rumah, tinggal di rumah orang tua nya tapi istrinya gak betah minta pindah.

“Tahun2016 akhirnya deal ambil kredit rumah, terus berjalan sekian lama tidak ada masalah, 2020 mulai cekcok karena ada permintaan mobil, coba silahkan aja saya hanya keterangan dari si EF, karena si EF merasa tidak punya kemampuan untuk beli mobil tapi terpaksa mau tidak mau nurutin istri ambil mobil,” tambahnya.

Terus kalau tidak salah pada bulan Januari ribut lagi masalah ekonomi juga, sampai pengaduan masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) padahal EF sudah bersumpah – sumpah tidak melakukan KDRT, tapi tetap dilaporkan, yang lucu nya kalau rumah tangga etikat nya bagus tidak perlu dilapor – laporkan ke Polisi.

“Apalagi aneh pencabutan minta duit 30 juta, rumah tangga seperti apa, itu pengakuan dari EF, maka nya dari peristiwa itu saya panggil sebagai kepala rutan, coba kami mediasi, karena saya berkewajiban apalagi ada anak buah yang bermasalah, apalagi dia seorang istri dari pegawai negeri darma wanita, tapi panggilan saya pertama tidak dihadiri, panggilan kedua tidak dihadiri lagi, terus mau nya apa, kalau memang mau baik – baik datang laporan kalau dianiaya sama staf saya,” ucapnya.

Tapi nyata nya tidak, mau nya penyelesaian seperti apa. Bagaimana saya memberikan sanksi, saya klarifikasi ada semacam konfrontir dari kedua belah pihak, jadi saya sebagai atasan saudara EF, bukan saya membelah EF, harusnya lapor kekami, kita damai kan.

“Kalau memang si EF melakukan pelanggaran ya kita berikan sanksi, maka nya istri nya korperatif lah datang kesini laporan kepada saya sebagai atasan,” tegasnya.

“Terkait EF dengan cewe itu saya tidak tau, konon pengakuan si EF itu ade om nya, tapi kalau berhubungan seksual tidak ada seperti itu, perselingkuhan seperti apa juga tidak tahu, kan sudah jelas tidak ada perselingkuhan, dan perzinahan nya dimana, kan mereka cuma makan,” tutupnya. (Mp).