Bulog Divre Lampung Memastikan Tahun 2023 Komoditi Beras Tercukupi dan Aman

BERITA62 Dilihat

MEDIAPUBLIKA.com – Bulog Divre Lampung memastikan fungsi stabilisasi harga pangan khususnya beras terus berjalan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dikenal Operasi Pasar beras di seluruh wilayah Provinsi Lampung berjalan hingga akhir tahun 2023 dan komoditi beras tercukupi dan aman.

Kepala Perum Bulog Divisi Regional Lampung, Etik Yulianti menyampaikan bahwa mulai tanggal 5 Januari 2023 hingga sekarang program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ini berlangsung sampai pada tanggal 31 Desember tahun 2023.

“Kita memiliki target selama 1 tahun mencapai 40.000 ribu ton, sementara kebutuhan di Provinsi Lampung sendiri itu perbulannya sudah mencapai 72.000 ribu ton, jadi kita ini hanya 5-6 persen yang dapat disebar pihak Bulog sesuai target,” kata Kepala Bulog Divre Lampung, Etik Yulianti, ditemui di kantor Bulog setempat, Rabu (15/3/2023) yang didampingi Manager Adm dan Keuangan Deni Kurniadi serta Manager Bisnis Arief Kharisvan.

Menurutnya, untuk pencapaian bulan Januari 2023 tanggal 5 sampai hari kemarin kita telah sebar 11.841.000 ton dan itu tersebar ke 358 toko, pasar, rumah pangan yang telah bekerjasama dengan Bulog.

“Kami pastikan akan tetap terus berjalan apa lagi saat ini menjelang suci Ramadhan dan Idul Fitri 2023,  jangan sampai stok di pasar itu nanti terlihat berkurang dan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tetap kita jalankan terus hingga akhir tahun 2023 mendatang,” jelasnya.

Kemudian, kata Eti Yulianti, untuk penyerapan Bulog khususnya Lampung ditargetkan tahun 2023 ini mencapai 82.000 ton penyerapan hingga akhir tahun.
Akan tetapi Bulog juga memiliki sistem dua periode jika saat panen seperti, panen di musim hujan dan panen di musim gadu, karena di musim hujan ini kan jauh lebih banyak jumlahnya dari pada di musim gadu.

“Maka itu kami (Bulog) untuk pencapaian sebesar 70 persen menyerap dari target musim hujan dan tentunya kami akan menyerap sebanyak dari 82.000 ton 70 persennya 57.000 ribu ton, akan kami coba serap di tahun ini,” kata dia.

Ya, lanjut Etik, tentunya ada beberapa kendala kemarin di akhir di bulan Februari dengan adanya surat edaran yang disepakati Badan Pangan Nasional (Bapanas) beberapa mitra mitra besar termasuk Bulog dengan ketentuan harga maksimal tertinggi Rp.9.000,- setelah itu dicabut kembali di tanggal 7 Maret 2023 dampaknya tentu harga langsung melonjak.

“Meski dengan lonjakan harga seperti itu ketetapan Bulog masih tetap dengan harga Rp.9.000,-.”

Maka, kami tentu mengalami kesulitan dengan mitra mitra petani yang menjual kepada yang membeli lebih tinggi dan akhirnya kami pihak Bulog tidak mendapatkannya.

“Meski begitu kami tetap berupaya terus hingga dengan saat ini. Mungkin nantinya usaha terakhirnya kami dengan aturan Bulog atau melalui pemerintah dalam hal ini Bapanas bisa mendapatkan dengan harga Rp.9.950,- dan tentu kami akan mengajukan permohonan kekantor pusat untuk membeli dengan skema harga komersial,” tambahnya.

Menurutnya, karena jika kami selalu pihak Bulog membeli dengan skema PSO (Public Service Obligation) tadi kita tidak dapat barang, dan harga diluar jauh lebih tinggi dari harga daya beli. “Kita akan mencoba untuk mengusulkan kepada kantor Bulog pusat bagaimana kalau Bulog Lampung untuk membeli dengan skema komersial,” ungkapnya. (Mp).