Mendengar, dan Mencatat Ciri Khas Orang Pintar Agar Ilmu Mudah Masuk

BANDAR LAMPUNG23 Dilihat

MEDIAPUBLIKA.com – Dengerin. Ciri khas orang pintar itu ada di telinganya. Pertama kali Allah SWT menyebutkan pancaindra itu telinga. Gak percaya…?

Lalu muncullah Al Isra’: 36 berikut terjemahnya yang mencontohkan sebuah ayat dengan pendengaran sebagai pancaindra yang pertama kali disebutkan.

“Dilanjutkan pula dengan Az Zumar: 18 sebagai penekanan pada ciri orang pintar ulul albab yaitu orang yang mau mendengarkan dan mengikuti yang terbaik,” jelas Adian Saputra saat memulai materi Sekolah Kemediaan, di Aula Dewan Dakwah Lampung, Senin (29/3).

Kemudian, Ardian melanjutkan, Mendengarkan plus mencatat, memudahkan ilmu itu masuk. Inilah resep pertama yang ditularkannya kepada 27 peserta Sekolah Kemediaan yang digawangi oleh Bidang Humas dan Infokom Dewan Dakwah Lampung.

“Sekolah Kemediaan ini akan menjadi agenda rutin setiap bulannya. Mengingat di era milenial ini, media sosial merupakan salah satu ajang interaksi yang hampir dimiliki oleh semua lapisan masyarakat. Sehingga akan memudahkan media sosial menjadi sarana penyampaian pesan, terutama dakwah dalam bentuk tulisan, gambar, maupun suara,” ucapnya.

Seperti yang disampaikan Ansori, selaku Sekretaris Umum Dewan Da’wah Lampung saat membuka Sekolah Kemediaan ini.

“Handphone kita ini adalah pedang dakwah. Persepsi positif terhadap Islam, kitalah yang membangunnya. Kita bisa membentuk pemikiran masyarakat dari cerita-cerita yang kita tuliskan dan gambar-gambar yang kita upload,” katanya.

Program ini juga didukung oleh Bidang Muslimat Dewan Da’wah Lampung.

“Tanpa Muslimat, perjuangan itu akan tumpul. Karena biasanya yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam pola pikir masyarakat adalah ibu-ibu. Karena interaksi ibu-ibu cukup intens di dalam rumah tangganya maupun dalam grup atau komunitasnya,” ujar Ansori.

Ansori menambahkan, bersama bidang Muslimat Dewan Dakwah Lampung, Bidang Humas dan Infokom akan terus memberikan pembinaan agar daiyah-daiyah kita bisa memanfaatkan pedang dakwah ini secara maksimal. (**).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *